asuhan keperawatan tb paru pada anak
MODUL 6
PENYAKIT INFEKSI PADA SALURAN PERNAPASAN
“Sesak nafas dan batuk”
OLEH
PERI
NIM : 2015.061
PROGRAM
DIPLOMA III KEPERAWATAN
AKADEMI
KEPERAWATAN SAWERIGADING PEMDA LUWU
Tahun
2017
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr. Wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul TB PARU ini dengan baik dan
tepat waktu.
Tugas ini kami buat untuk memberikan
penjelasan tentang penyakit TB PARU. Semoga makalah yang kami buat ini
dapat membantu menambah wawasan kita menjadi lebih luas lagi.
Dalam memilih kata-kata mana yang
akan di masukan, mana yang tidak, dan begitu juga tentang menerangkan artinya
kami memakai pedoman internet dan buku asuhan keperawatan NANDA NIC-NOC serta
aplikasi Istilah kata medis.
Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam menyusun makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan makalah
ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu Pembina dan pembimbing mata
pelajaran KEPERAWATAN ANAK dalam hal ini dosen mata kuliah KEPERAWATAN ANAK,
serta kepada pihak yang telah membantu ikut serta dalam penyelesaian
makalah ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb
11 April 2017
Penyusun
i
DAFTAR
ISI
Halaman
judul
Kata
pengantar
............................................................................................. ..........
i
Daftar
isi
.................................................................................................... .......... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
................................................................................. 1
B. Rumusan
masalah
.............................................................................. 1
C. Tujuan
...................................................................................................... 2
BAB
II TINJAUAN KASUS
A. Penulisan
kasus .......................................................................................... 3
B. Daftar
kata istilah/kata kunci
...................................................................... 3
C. Penetapan
masalah ................................................................................. 4
BAB
III TINJAUAN TEORI
A. Defenisi
............................................................................................ 4
B. Etiologi
.............................................................................................. 4
C. Patofisiologi
........................................................................................ 7
D. Klasifikasi
......................................................................................... 10
E.
Manifastasi klinis
................................................................................ 10
F.
Komplikasi
........................................................................................ 11
G. Pemeriksaan
diagnostik
...................................................................... 11
H. Penatalaksanaan
.................................................................................. 18
ii
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN (NANDA
NIC-NOC)
A. Pengkajian
........................................................................... ................. 20
B. Diagnosa
......................................................................................... ...... 21
C. Intervensi
................................................................................... ...... 21
Format asuhan
keperawatan NANDA NIC-NOC ............................. 23
BAB
III
BAB
IV PENUTUP
A. Kesimpulan
................................................................................ ...... 27
B. Saran
..................................................................................... ...... 27
DAFTAR
PUSTAKA
.......................................................................... ...... 28
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Insidensi Tuberculosis (TB) dilaporkan
meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk
juga di Indonesia. Penyakit ini biasanya banyak terjadi pada negara berkembang
atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Tuberculosis (TB)
merupakan penyakit infeksi penyebab kematian dengan urutan atas atau angka
kematian (mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit (morbiditas), diagnosis
dan terapi yang cukup lama.
Di Indonesia
untuk tingkat dunia penderita penyakit TBC urutan ke-3 setelah Cina dan India.
Dibandingkan dengan Provinsi lainnya di Indonesia, Jawa Barat jumlah terbesar
penderita penyakit TB (Tuberkulosis). Data di Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar,
tahun 2007 tercatat 30.000 orang penderita TBC, yang sudah datang berobat ke
rumah Sakit dan Puskesmas. Kecenderungan sekitar 16 persen penyakit yang
berasal dari kuman tersebut menyerang anak-anak, hingga tahun 2008 terus
meningkat yakni mencapai 35.000 orang. Tuberculosis paru merupakan suatu
gangguan pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri tahan asam. Mycrobacterium yang
menyerang paru-paru dan merupakan penyakit yang menular melalui droplet nuclei atau
infeksi air ludah sehingga mudah dalam proses penularan dari orang yang satu ke
yang lainnya.
B. Rumusan
masalah
1. Apa
defenisi dari TB paru?
2. Apa
penyebab penyakit TB paru?
3. Bagaimana
perjalanan penyakit (patofisiologi) TB paru?
4. Apa
saja klasifikasi penyakit TB paru?
5. Apa
saja tanda dan gejala penyakit TB paru?
6. Apa
saja akibat yang muncul pada penyakit TB paru?
7. Apa
saja pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penderita penyakit TB paru?
8. Bagaimana
cara penaganan/penatalaksaan penyakit TB paru?
9. Bagaimana
cara membuat Asuhan Keperawatan pada masalah TB paru?
C. Tujuan
1. Agar
kita dapat mengetahui defenisi dari TB paru?
2. Agar
kita dapat mengetahui penyebab penyakit TB paru?
3. Agar
kita dapat mengetahui bagaimana perjalanan penyakit (patofisiologi) TB paru?
4. Agar
kita dapat mengetahui apa saja klasifikasi penyakit TB paru?
5. Agar
kita dapat mengetahui apa saja tanda dan gejala penyakit TB paru?
6. Agar
kita dapat mengetahui akibat yang muncul pada penyakit TB paru?
7. Agar
kita mengetahui bagaimana cara pemeriksaan diagnostik pada penderita penyakit
TB paru?
8. Agar
kita dapat mengetahui bagaimana cara penaganan/penatalaksaan penyakit TB paru?
9. Agar
kita dapat mengetahui bagaimana cara membuat Asuhan Keperawatan pada masalah TB
paru?
BAB II
TINJAUAN
KASUS
A. Penulisan kasus
Kasus Modul : 6
Penyakit Infeksi Pada
Saluran Pernapasan
“Sesak nafas dan batuk’
An.
S umur 10 tahun mengeluh sesak dan batuk. Orang tua klien mengatakan anaknnya
mengalami batuk ± 2 bulan yang lalu dan sudah berobat jalan. Saat melakukan
aktivitas di sore hari tiba-tiba klien merasakan sesak seperti tidak bisa
bernapas. Klien mengatakan ada dahak yang menghalani jalan nfasnya. Pada malam
hari, klien mengalami demam tinggi dan orang tuanya membelikan obat di warung
untuk menurunkan panas anaknya. Keesokan harinya klien dibawah ke puskesmas dan
di putuskan untuk rawat inap di rumah sakit. Data yang di peroleh dari hasil
pengkajian menunjukan TD 110/80 mmHg, Nadi 68x/menit, Suhu 36,80C,
dan Pernapasan 32x/menit. Klien mengatakan mengalami penurunan nafsu makan,
tidak bisa bergerak banyak karena sesak serta tidak bisa tidur nyeyak dan
sering terbangun karena sesak dan batuk. Pada pemeriksaan dahakditemukan BTA
positif adanya bakteri.
B. Daftar
kata istilah/kata kunci
1.
Sesak nafas dan batuk
2.
Batuk ± 2 bulan
3.
Tidak bisa bernafas setelah beraktivitas
4.
Dahak/sekret menghalngi jalan nafas
5.
Demam pada malam hari
6.
Pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV)
a.
TD :
110/80 mmHg
b.
Nadi :
68x/menit
c.
Suhu :
36,80C
d.
Pernapasan : 32x/menit
7.
Nafsu makan
menurun/berkurang
8.
Tidak bisa tidur
nyenyak
9.
Pemeriksaan BTA
positif adanya bakteri.
C. Penetapan masalah
Masalah
yang dialami oleh An. S adalah gangguan
pada sistem pernapasan, dimana sistem pernapasan merupakan cabang ilmu mengenai
seluruh sel tubuh yang hidup membutuhkan oksigen (O2) dan
menghasilkan karbohidrat (CO2).
Ada
beberapa kelainan yang berkaitan dengan
penyakit saluran pernapasan antara lain :
1.
Asma
2.
Bronkhiolitis
3.
Difteria
4.
Pertusis
5.
Pneumonia
6.
Tuberculosis paru (TB).
Dengan mengidentifikasi skenario/kasus
di atas maka timbullah masalah atau diagnosa medik yaitu TB paru. Untuk lebih jelasnya marilah kita lihat pada lembaran pembahasan
berikutnya.
BAB III
TINJAUAN
TEORI
A.
Defenisi
Tuberkulosis adalah penyakit
infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tubeculosis yaitu suatu
bakteri tahan asam, atau Tuberculossis (TB) adalah penyakit akibat infeksi
kuman Mycobacterium tuberculosis sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua
organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi
infeksi primer.
B.
Etiologi
dan Penularan
1.
Etiologi
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis dan Micobacterium bovis (sangat jarang disebabkan oleh
Micobacterium avium). Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robert Koch
pada tahun 1882. Basil tuberkulosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa
minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan mati pada suhu 60°C dalam
15-20 menit. Fraksi protein basil tuberculosis menyebabkan nekrosis jaringan
sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor penyebab
terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel. Basil
Mycobacterium tuberculosis tidak membentuk toksin (baik endotoksin maupun
eksotoksin).
2.
Penularan
Mycobacterium tuberculosis biasanya melalui udara hingga sebagian besar
fokus primer tuberculosis terdapat dalam paru. Selain melalui udara penularan
dapat peroral misalnya minum susu yang mengandung basil tuberculosis, biasanya
Mycobacterium bovis. Dapat juga terjadi dengan kontak langsung misalnya melalui
luka atau lecet di kulit. Tuberculosis kongenital sangat jarang dijumpai.
Selain Mycobacterium tuberculosis perlu juga dikenal golongan Mycobacterium
lain yang dapat menyebabkan kelainan yang menyerupai tuberculosis. Golongan ini
disebut Mycobacterium atipic atau disebut juga unclassified Mycobacterium.
3.
Faktor Resiko
a.
Resiko Infeksi
TBC
Anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TBC aktif, daerah
endemis, penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan serta lingkungan yang tidak
sehat. Pajanan terhadap orang dewasa yang infeksius,
Resiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih tinggi jika pasien dewasa tersebut mempunyai BTA sputum yang positif, terdapat infiltrat luas pada lobus atas atau kavitas produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif dan kuat serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat, terutama sirkulasi udara yang tidak baik. Pasien TBC anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa disekitarnya, karena TBC pada anak jarang infeksius, hal ini disebabkan karena kuman TBC sangat jarang ditemukan pada sekret endotracheal, dan jarang terdapat batuk. Walaupun terdapat batuk tetapi jarang menghasilkan sputum. Bahkan jika ada sputum pun, kuman TBC jarang sebab hanya terdapat dalam konsentrasi yang rendah pada sektret endobrokial anak .
Resiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih tinggi jika pasien dewasa tersebut mempunyai BTA sputum yang positif, terdapat infiltrat luas pada lobus atas atau kavitas produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif dan kuat serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat, terutama sirkulasi udara yang tidak baik. Pasien TBC anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa disekitarnya, karena TBC pada anak jarang infeksius, hal ini disebabkan karena kuman TBC sangat jarang ditemukan pada sekret endotracheal, dan jarang terdapat batuk. Walaupun terdapat batuk tetapi jarang menghasilkan sputum. Bahkan jika ada sputum pun, kuman TBC jarang sebab hanya terdapat dalam konsentrasi yang rendah pada sektret endobrokial anak .
b.
Resiko Penyakit
TBC
Anak ≤ 5 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi infeksi
menjadi sakit TBC, mungkin karena imunitas selulernya belum berkembang sempurna
(imatur). Namun, resiko sakit TBC ini akan berkurang secara bertahap seiring
pertambahan usia. Pada bayi < 1 tahun yang terinfeksi TBC, 43% nya akan
menjadi sakit TBC, sedangkan pada anak usia 1-5 tahun, yang menjadi sakit hanya
24%, pada usia remaja 15% dan pada dewasa 5-10%. Anak < 5 tahun memiliki
resiko lebih tinggi mengalami TBC diseminata dengan angka kesakitan dan
kematian yang tinggi. Konversi tes tuberkulin dalam 1- 2 tahun terakhir,
malnutrisi, keadaan imunokompromis, diabetes melitus, gagal ginjal kronik dan
silikosis. Status sosial ekonomi yang rendah, penghasilan yang kurang,kepadatan
hunian, pengangguran, dan pendidikan yang rendah2.
C.
Patofisiologi
Masuknya basil
tuberculosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit. Terjadinya infeksi
dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberculosis serta daya tahan
tubuh manusia. Infeksi primer biasanya terjadi dalam paru. Ghon dan Kudlich
(1930) menemukan bahwa 95,93% dari 2.114 kasus, mereka mempunyai fokus primer
di dalam paru. Hal ini disebabkan penularan sebagian besar melalui udara dan
mungkin juga karena jaringan paru mudah kena infeksi tuberkulosis
(susceptible).
Masuknya kuman
tuberkulosis ke dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit. Infeksi
dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberkulosis serta daya tahan
tubuh manusia. Segera setelah menghirup basil tuberkulosis hidup di dalam
paru-paru, maka terjadi eksudasi dan konsolidasi yang terbatas disebut fokus
primer. Basil tuberkulosis akan menyebar, histosit mulai mengangkut organisme
tersebut ke kelenjar limfe regional melalui saluran getah bening menuju
kelenjar regional sehingga terbentuk kompleks primer dan mengadakan reaksi
eksudasi terjadi sekitar 2 sampai 10 minggu (6-8 minggu) pasca
infeksi.
Pada anak yang
mengalami lesi, dalam paru dapat terjadi dimanapun terutama di perifer dekat
pleura, tetapi lebih banyakk terjadi di Lapangan bawah paru dibanding dengan
lapangan atas. Juga terdapat pembesaran kelenjar regional serta penyembuhannya
mengarah ke klasifikasi dan penyebarannya lebih banyak terjadi melalui
hematogen. Pada reaksi radang dimana leukosit polimorfonukleat tampak pada
alveoli dan memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya. Kemudian basil menyebar
ke limfe dan sirkulasi. Dalam beberapa minggu limfosit T menjadi sensitif
terhadap organisme TBC dan membebaskan limfokim yang merubah makrofag atau
mengaktifkan makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan
timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan
sendirinya, sehingga tidak ada sisa nekrosis yang tertinggal, atau proses dapat
berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak dalam sel.
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit.
Nekrosis pada bagian sentral memberikan gambaran yang relatif padat pada tubuh,
yang disebut nekrosis kasiosa. Terdapat tiga macam penyebaran secara patogen
pada tuberkulosis anak : penyebaran Hematogen tersembunyi yang kemudian mungkin
menimbul gejala atau tanpa gejala klinis, penyebaran milier, biasanya terjadi
sekaligus dan menimbulkan gejala akut, kadang-kadang kronis, penyeberan
hematogen berulang.
Patway TB Paru
Infasi bakteri tuberculosis
Sembuh
Infeksi primer
Sembuh dengan fokus ghon
Infeksi pasca Bakteri dorman Sembuh dengan
primer (reaktivasi) fibrotik
Bakteri muncul
beberapa
tahun kemudian
Reaksi infeksi atau inflamasi,
kavitas, dan merusak parekim paru
ü Produksi secret Kerusakan
membran Perubahan cairan
Reaksi
ü Pecahnya pembulu alviolar
–kapiler merusak intrafleura sistematis
darah pleura,
atelaktasis
ü Batuk produktif Sesak
nafas, ekspansi Sesak,
sianosis,
ü Batuk darah toraks penggunaan obat
bantu nafas
Ketidakefektifan Gangguan
pertukaran Pola nafas tidak
bersihan jalan nafas gas efektif
Anoreksia
mulai Lemah
meningkat
Nutrisi
kurang dari Intoleransi
kebutuhan Aktivitas
D.
Klasifikasi
1.
Tuberkulosis
paru terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
2. Tuberkulosis paru tidak terkonfirmasi secara
bakteriologis dan histologis
3. Tuberkulosis pada sistem saraf
4. Tuberkulosis pada organ-organ lainnya
5. Tuberkulosis millier.
E.
Manifestasi
Klinik
Gejala klinis TB tergantung
faktor (usia, status imun, kerentanan) dan faktor agen (jumlah, virulensi).
Gejala TB pada anak yang umum terjadi adalah demam yang tidak tinggi
(subfebris), berkisar 38 derajad Celcius, biasanya timbul sore hari, 2-3 kali
seminggu dan belangsung 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek. Gejala
lain adalah penurunan nafsu makan, dan gangguan tumbuh kembang. Batuk kronik
yang merupakan gejala tersering pada TB paru dewasa, tidak terlalu mencolok
pada anak. Mengapa? Sebab lesi primer TB paru pada anak umumnya terdapat di
daerah parenkim yang tidak mempunyai reseptor batuk. Kalaupun terjadi, berarti
limfadenitis regional sudah menekan bronkus dimana terdapat reseptor batuk.
Batuk kronik pada anak lebih sering dikarenakan oleh asma. Gejala-gejala
yang tersebut di atas dikategorikan sebagai gejala nonspesifik. Perlu dicatat
bahwa gejala nonspesifik dapat juga ditemukan pada kasus infeksi lain. Maka
dari itu, keberadaan infeksi lain perlu dipikirkan agar anak tidak overtreated.
Selanjutnya, gejala spesifik tergantung dari organ yang terkena seperti kulit
(skrofuloderma), tulang, otak, mata, usus, dan organ lain.
Atau secara singkat tanda
dan gejala umum/nonspesifik tuberkulosis pada anak dapat disebutkan
sebagai berikut :
1.
Berat badan
turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan
gizi
2.
Anoreksia dengan
gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara adekuat (failure to thrive)
3.
Demam lama dan
berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria, atau infeksi saluran
napas akut), dapat disertai keringat malam
4.
Pembesaran
kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multipel
5.
Batuk lama lebih
dari 30 hari
6.
Diare persisten
yang tidak sembuh dengan pengobatan diare.
Gejala spesifik
sesuai organ terkena : TB kulit/skrofuloderma; TB tulang dan sendi (gibbus,
pincang); TB otak dan saraf/meningitis dengan gejala iritabel, kuduk kaku,
muntah, dan kesadaran menurun; TB mata (konjungtivitis fliktenularis, tuberkel
koroid), dll. Oleh karena gejala TB pada anak sangat bervariasi dan tidak saja
melibatkan organ pernafasan melainkan banyak organ tubuh lain, maka ada yang
menyebut TB sebagai the great immitator. Perhatikan bila gerak anak kurang
aktif jika dibandingkan dengan anak sebayanya.
F.
Komplikasi
1.
Meningitis
2.
Spondilitis
3.
Pleuritis
4.
Bronkopneumoni
5.
Atelektasis.
Hemoptisis berat (perdarahan
dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok
hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiectasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).
Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiectasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).
G.
Pemeriksaan
Diagnostik
Permulaan tuberkulosis sukar
diketahui karena gejalanya tidak jelas dan tidak khas, tetapi kalau terdapat
panas yang naik turun dan lama dengan atau tanpa batuk dan pilek, anoreksia,
penurunan berat badan dan anak lesu, harus dipikirkan kemungkinan tuberkulosis.
Petunjuk lain umtuk diagnosis tuberkulosis ialah adanya kontak dengan penderita
tuberkulosis orang dewasa. Diagnosis tuberkulosis paru berdasarkan gambaran
klinis, uji tuberkulin positif dan kelainan radiologis paru. Basil tuberkulosis
tidak selalu dapat ditemukan pada anak.
1.
Uji Tuberkulin
Pemeriksaan ini
merupakan alat diagnosis yang penting dalam menegakkan diagnosis
tuberkulosis.uji tuberkulin lebih penting lagi artinya pada anak kecil bila
diketahui adanya komversi dari negatif (recent tuberculin converter). pada anak
dibawah umur lima tahun dengan uji tuberkulin positif, proses
tuberkulosis biasanya masih aktif meskipun tidak menunjukkan kelainan klinis
dan radiologis, demikian pula halnya jika terdapat konfersi uji
tuberkulin. Uji tuberkulin dilakukan berdasarkan timbulnya hipersensitivitas
terhadap tuberkulo protein karena adanya infeksi. Ada beberapa cara melakukan
uji tuberkulin yaitu cara moro dengan salep, dengan goresan disebut patch test
cara von pirquet, cara mantoux dengan penyuntikan intrakutan dan
“multiple puncture method “ dengan empat-enam jarum berdasarkan cara Heaf dan
tine. Sampai sekarang cara mantoux masih dianggap sebagai cara yang paling
dapat di pertanggung jawabkan karena jumlah tuberkulin yang dimasukkan dapat
diketahui banyaknya. Reaksi lokal yang terdapat pada mantoux terdiri atas:
Eritema karena vasodilatasi primer, Edema karena reaksi antara antigen yang
disuntikkan dengan antibody dan indurasi yang dibentuk oleh sel mononukleus.
Pembacaan uji
tuberkulin dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter
melintang dari indurasi yang terjadi. Tuberkulin yang biasanya dipakai ialah
Old Tuberculin (OT) dan purified protein Derivative tuberculin (PPD).
Pengeceran OT dan PPD yang biasanya digunakan ialah : Dosis baku tuberkulin uji
mantoux ialah 0,1 ml PPD-RT 23 2TU,PPD-S 5 TU atau OT ½ .000 yang
disuntikkan intrakutan. Indurasi dengan diameter 5 mm ke atas dianggap
positif dengan catatan 0-4 mm negatif, 5-9 mm masih meragukan dan 10 mm keatas
jelas positif. Kalau uji tuberkulin dengan PPD-RT 23 2TU,PPD-S 5TU atau dengan
OT ½.000 negatif , maka pemeriksaan harus diulang dengan PPD-RT 23 100 TU atau
OT 1/100 untuk memastikan bahwa uji tuberkulin itu negatif. Juga kalau dengan
PPD-RT 23 2TU,PPD-S 5TU atau OT ½.000 negatif tetapi masih dicurigai akan
adanya tuberkulosis aktif, misalnya diketahui terdapat kontak dengan penderita
tuberkulosis aktif, keadaan umum yang jelek dan kemungkinan adanya anergi, maka
pemeriksaan diulang dengan PPD-RT23 100 TU atau OT 1/100
Uji tuberkulin
akan menjadi negatif untuk sementara pada penderita tuberkulosis (anergi)
dengan : Malnutrisi energi protein, Tuberkulosis berat, Morbili,varisela,
Pertusis,difteria,tifus abdominalis, Pemberian kortikosteroid yang lama, Vaksin
virus misalnya poliomyelitis serta Penyakit ganas,misalnya penyakit hodgkin
2.
Pemeriksaan
Radiologis
Pada anak dengan
uji tuberkulin positif dilakukan pemeriksaan radiologis. Secara rutin dilakukan
fotorontgen paru dan atas indikasi juga dibuat fotorontgen alat tubuh
lain,misalnya foto tulang punggung pada spondilitis. Gambaran radiologis
paru yang biasanya dijumpai pada tuberkulosis paru ialah :
a.
Kompleks primer
dengan atau tanpa perkapuran
b.
pembesaran
kelenjar paratrakeal
c.
Penyebaran
milier
d.
Atelektasis
e.
Pleuritis dengan
efusi.
3.
Pemeriksaan
Bakteriologis
Penemuan basil
tuberkulosis memastikan diagnosis tuberkulosis, tetapi tidak ditemukannya basil
tuberkulosis bukan berarti tidak menderita tuberkulosis. Bahan-bahan yang
digunakan untuk pemeriksaan bakteriologis adalah :
a.
Bilasan lambung
b.
Sekret bronkus
c.
Sputum pada anak
besar
d.
Cairan pleura
e.
Likuor
serebrospinalis
f.
Cairan asites
g.
Bahan-bahan
lainnya
4.
Uji Laboratorium
LED meninggi,
sering tinggi sekali. Mungkin liositosis, monositosis, anemia, leukositosis
ringan, bila ditemui hasil demikian (bila tidak ada faktor lain) akan menyokong
diagnosis. Gambaran darah normal tidak menyingkirkan TBC. Gambaran darah tepi
dan laju endap darah hanya mempunyai korelasi dengan aktivitas penyakit.
Pemeriksaan cairan spinal dilakukan atas indikasi kecurigaan meningitis dan
pada setiap TBC milier.
5.
Uji BCG
Di Indonesia BCG diberikan secara langsung tanpa didahului uji tuberkulin
(BCG langsung). Bila pada anak yang mendapat BCG langsung terdapat reaksi lokal
yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah penyuntikan, maka harus
dicurigai adanya tuberkulosis dan diperiksa lebih lanjut kearah tuberkulosis.
Pada anak dengan tuberkulosis, BCG akan menimbulkan reaksi lokal yang lebih
cepat dan besar. Karena itu reaksi BCG ini dapat dipakai sebagai alat
diagnostik. Sering terdapat kesukaran untuk diagnosis tuberkulosis yang dini
pada anak dengan malnutrisi karena adanya anergi terhadap tuberkulin.Udani
(1970) menyatakan bahwa uji BCG tidak terdapat anergi. Akhir-akhir ini
sedang diselidiki pemeriksaan serologis untuk menunjang diagnosis tuberkulosis.
Penyebaran hematogen tuberkulosis (hematogenous tuberculosis) terdapat 3 macam
penyebaran hematogen pada tuberkulosis anak,yaitu :
a.
Penyebaran
hematogen tersembunyi (occult hematogenic spread) yang mungkin menimbulkan
gejala atau mungkin tanpa gejala klinis.
b.
Penyebaran
hematogen umum (generalized hematogenic spread, penyebaran milier), biasanya
terjadi sekaligus dan menimbulkan gejala akut, kadang-kadang menjadi kronis.
c.
Penyebaran
hematogen berulang-ulang (protracted or repeated hematogenic spread).
Penyebaran
hematogen tersembunyi ( occult hematogenic spread). Penyebaran basil
tuberkulosis dalam jumlah yang sedikit selama stadium dini tuberkulosis dan
disebut occult hematogenic spread. Penyebaran ini selalu terjadi pada
tuberkulosis primer meskipun tidak selalu tersebar luas, biasanya terjadi pada
masa inkubasi. Basil tuberkulosis dapat mencapai semua alat tubuh terutama
apeks paru, limpa dan kelenjar getah bening superfisial. Pada keadaan ini dapat
terjadi pembesaran limpa dan kelenjar getah bening superfisial,
kadang-kadang hepar juga teraba. Fokus pada apeks jarang terlihat pada
fotorontgen paru, kecuali kalau telah terjadi perkapuran yang disebut fokus
Simun yang mungkin akan menjadi tuberkulosis pasca-primer dimasa yang akan
datang. Penyebaran hematogen umum (generalized hematogenis spread). Tuberkulosis
Milier Akut. tuberkel-tuberkel yang terjadi akibat penyebaran umum ini biasanya
mempunyai ukuran sama, meskipun tidak selalu sebesar miliarius (kurang dari 2
mm), sehingga disebut tuberkulosis milier. Komplikasi ini biasanya terjadi pada
masa bayi dan anak kecil dan terjadi dalam waktu 6 bulan, terutama dalam 3
bulan setelah terbentuknya kompleks primer. Dapat terjadi pembesaran hepar,
limpa dan kelenjar getah bening superfisial. Tuberkel dapat dijumpai dikoroid.
Uji tuberkulin biasanya positif, menurut Lincoln pada 10% kasus tuberkulosis
milier, uji tuberkulin negatif.
Pada fotorontgen
paru akan tampak gambaran milier biakan basil tuberkulosis dari darah dan
sum-sum tulang memastikan diagnosis tuberkulosis milier secara cepat.
Pemeriksaan likuor serebrospinalis harus dikerjakan meskipun belum ada gejala
meningitis, yaitu untuk menemukan meningitis secara dini. Gambaran milier
biasanya hilang sama sekali dan pada penyembuhan jarang terjadi klasifikasi.
Harus diingat bahwa penyebaran milier terjadi keseluruh tubuh dengan
kemungkinan basil tuberkulosis menetap dialat-alat tubuh terssebut dan suatu
ketika fokus-fokus tersebat dapat aktif lagi. Oleh karenanya setelah selesai
pengobatan masih harus dilakukan pngawasan sampai bertahun-tahun.
Petunjuk Who
Untuk Diagnosis Tuberkulosis Anak
1.
Dicurigai
tuberculosis
a.
Anak
sakit dengan riwayat kontak penderita tuberkulosis dengan diagnosis pasti
(BTA positif)
b.
Anak
dengan :
Ø Keadaan klinik tidak membaik setelah menderita
campak atau batuk rejan
Ø Berat badan menurun, batuk dan mengi yang tidak
membaik dengan pengobatan antibiotik untuk penyakit pernapasan
Ø Pembesaran kelenjar superfisialis yang tidak sakit
2.
Mungkin
tuberkulosis
a.
Uji
tuberkulin positif (10 mm/lebih)
b.
Foto
Rontgen paru sugestif tuberkulosis
c.
Pemeriksaan
histologis biopsi sugestif tuberkulosis
d.
Respon
yang baik pada pengobatan dengan OAT
3.
Pasti
tuberkulosis (confirmed TB)
Ditemukan
basil tuberculosis pada pemeriksaan langsung atau biakan. Identifikasi
Mycobacterium tuberculosis pada karakteristik biakan
|
H.
Penatalaksanaan
Pengobatan
TBC terutama berupa pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu lama.
Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis.
ATS (1994) menekankan tiga prinsip dalam pengobatan tuberculosis yang berdasarkan
pada :
1.
Regimen harus
termasuk obat-obat multiple yang sensitif terhadap mikroorganisme.
2.
Obat-obatan
harus diminum secara teratur.
3.
Terapi obat
harus dilakukan terus menerus dalam waktu yang cukup untuk menghasilkan terapi
yang paling efektif dan paling aman pada waktu yang paling singkat.
Obat anti
tuberculosis (OAT) harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang
bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan dari pengobatan ini
adalah :
1.
Membuat konversi
sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui kegiatan bakterisid.
2.
Mencegah
kekambuhan dalam tahun pertama estela pengobatan dengan kegiatan sterilisasi.
3.
Menghilangkan
atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis.
Perawatan anak dengan tuberculosis dapat dilakukan
dengan melakukan :
1.
Pemantauan
tanda-tanda infeksi sekunder
2.
Pemberian
oksigen yang adekuat
3.
Latihan batuk
efektif
4.
Fisioterapi dada
5.
Pemberian
nutrisi yang adekuat
6.
Kolaburasi
pemberian obat antutuberkulosis (seperti: isoniazid, streptomisin, etambutol,
rifamfisin, pirazinamid dan lain-lain)
7.
Intervensi yang
dapat dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan perkembangan anak yang tenderita
tuberculosis dengan membantu memenuhi kebutuhan aktivitas sesuai dengan usia
dan tugas perkembangan, yaitu :
a.
Memberikan
aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak (permainan, ketrampilan tangan,
vidio game, televisi)
b.
Memberikan
makanan yang menarik untuk memberikan stimulus yang bervariasi bagi anak
c.
Melibatkan anak
dalam mengatur jadual harian dan memilih aktivitas yang diinginkan
d.
Mengijinkan anak
untuk mengerjakan tugas sekolah selama di rumah sakit, menganjurkan anak untuk
berhubungan dengan teman melalui telepon jika memungkinkan.
BAB IV
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan
adalah metode dimana suatu konsep di terapkan dalam praktek keperawatan. Hal
ini biasa disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu
tehnik dan keterampilan interversonal dan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
klien.
A.
Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan
melalui kegiatan pengumpulan data yang akurat dari klien dan keluarga guna
mengetahui berbagai permasalahan yang ada.
Adapun pengkajian yang dilakukan pada klien dengan
masalah TB paru yaitu : Identitas Data Umum (selain identitas klien, juga
identitas orangtua; asal kota dan daerah, jumlah keluarga)
1.
Riwayat
kesehatan
a.
Keluhan Utama
(penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)
b.
Riwayat
kesehatan sekarang
c.
Riwayat
kesehatan masa lalu
2.
Keadaan umum
Terdiri dari (KU dan tingkat kesadaran GCS)
3.
Kebutuhan dasar
a.
Rasa
nyaman/nyeri
b.
Nutrisi
c.
Personal
hygiene/kebersihan perorangan
d.
Cairan
e.
Aktivitas dan
latihan
f.
Eliminasi
g.
Oksigenasi
h.
Istirahat/tidur
i.
Pencegahan
terhadap bahaya
j.
Keamanan
k.
Neurosensori
l.
Hubungan psikologi,
spiritual dan interaksi sosial.
B.
Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa yang dapat muncul yaitu :
1.
Bersihan jalan
nafas tidak efektif
2.
Ketidak
seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
3.
Gangguan pola
tidur
4.
Intoleransi
aktivitas
C.
Rencana
Tindakan Keperawatan (Intervensi)
1.
Bersihan jalan
nafas tidak efektif
Tujuan : Klien tidak
mengalami sesak dan batuk
Intervensi :
a.
Anjurkan klien
untuk istirahat dan melatih nafas dalam
b.
Berikan posisi
semi fowler/fowler
c.
Ajarkan klien
untuk tehnik batuk efektif
d.
Lakukan saction
bila perlu
e.
Berikan O2 1-3
liter/ menit
f.
Berikan
bronkodilator bila perlu.
2.
Ketidak
seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Tujuan : Berat badan dalam batas
normal/ideal
Intervensi :
a.
Kaji tingkat
kesulitan klien saat menelan
b.
Berikan makanan
dalam bentuk hangat
c.
Berikan makanan
yang berpariasi
d.
Berikan makanan
dalam porsi sedikit tapi sering
e.
Timbang berat
badan bila perlu.
3.
Gangguan pola
tidur
Tujuan : Tidur klien optimal/normal dalam
kurung waktu 1x24 jam
Intervensi :
a.
Kaji tingkat
kesulitan klien saat tidur
b.
Ciptakan
lingkungan yang nyaman
c.
Fasilitasi untuk
mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca)
d.
Kurangi
pengunjung pada saat jam istirahat/tidur
e.
Kolaborasi
pemberian obat tidur bila perlu.
4.
Intoleransi
aktivitas
Tujuan : Klien mampu beraktivitas secara
mandiri
Intervensi :
a.
Observasi adanya
pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
b.
Kaji adanya
faktor yang menyebabkan kelelahan
c.
Bantu klien
untuk melakukan aktivitas yang bisa dilakukan
d.
Bantu klien
untuk memilih aktivitas yang disuskai
e.
Observasi
nutrisi dan sumber energi yang adekuat.
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN NANDA NIC-NOC
NDX
|
DIAGNOSA
|
TUJUAN
(NOC)
|
INTERVENSI
(NIC)
|
1.
|
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Ø Defenisi :
Suatu keadaan
ketika seseorang individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial
pada status pernapasan sehubungan dengan ketidak mampuan unruk batuk secara
efektif.
Ø Kriteria
1.
Sesak
2.
Batuk
berdahak
3.
Pernapasan
32x/menit
Ø Faktor penyebab
1.
Obstruksi
jalan nafas
|
Ø Respiratory status : ventilation
Ø Respiratory status : Airway patency
Ø Aspiration control
Kriteria hasil :
1.
Mendemostrasikan
batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dispneu
2.
Mnenunjukan
jalan nafas yang paten
3.
Saturasi
O2 dalam batas normal
4.
Foto
toraks dalam batas normal
|
Domain 4 : Aktivitas/Istirahat
Kelas 4 : Respons Kardiovaskuler/pulmonal
00032 : Bersihan jalan nafas tidak efektif
g.
Anjurkan
klien untuk istirahat dan melatih nafas dalam
h.
Berikan
posisi semi fowler/fowler
i.
Ajarkan
klien untuk tehnik batuk efektif
j.
Lakukan
saction bila perlu
k.
Berikan O2
1-3 liter/ menit
l.
Berikan
bronkodilator bila perlu.
|
2.
|
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuahn
Ø Defenisi :
Asupan nutrisi
yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Ø Kriteria :
1.
Penurunan
nafsu makan
2.
Porsi
makan tidak di habiskan
Ø Faktor penyebab :
1.
Ketidak
mampuan untuk mengabsorbsi nutrisi
|
Ø Nutritional status : Food and fruid
Ø Nutritional status : Nutrien intake
Ø Weigh control
Kriteria hasil :
1.
Adanya
peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2.
Berat
badan ideal sesui dengan tinggi badan
3.
Mampu
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4.
Tidak ada
tanda-tanda malnutrisi
5.
Tidak
terjadi penurunan berat badan yang berarti.
|
Domain 2 : Nutrisi
Kelas 1 : Makan
00002 : Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan.
f.
Kaji
tingkat kesulitan klien saat menelan
g.
Berikan makanan
dalam bentuk hangat
h.
Berikan
makanan yang berpariasi
i.
Berikan
makanan dalam porsi sedikit tapi sering
j.
Timbang
berat badan bila perlu.
|
3.
|
Gangguan pola tidur
Ø Defenisi :
Ketidak
seimbangan tidur/istirahat dalam kurung waktu 1x24 jam dan terjadi jumlah
tidur yang abnormal.
Ø Kriteria :
1.
Bangun
lebih awal
2.
Tidak
fresh setelah bangun tidur
3.
Penurunan
kemampuan fungsi
4.
Sesak dan
batuk
5.
Penurunan
proporsi tidur
Ø Faktor penyebab :
1.
Pola
aktivitas dan kelelahan
|
Ø Anxiety control
Ø Comforl level
Ø Pain level
Ø Sleep : Extent and pattern
Kriteria :
1.
Jumlah
jam tidur dalam batas normal
2.
Pola
tidur, kualitas dalam batas normal
3.
Perasaan
fresh sesudah tidur/istirahat.
|
Domain 4 : Aktivitas/Istirahat
Kelas 1 : Tidur/Istirahat
000198 : Gangguan pola tidur
f.
Kaji
tingkat kesulitan klien saat tidur
g.
Ciptakan
lingkungan yang nyaman
h.
Fasilitasi
untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca)
i.
Kurangi
pengunjung pada saat jam istirahat/tidur
j.
Kolaborasi
pemberian obat tidur bila perlu.
|
4.
|
Intoleransi aktivitas
Ø Defenisi :
Intolerasi aktivitas
adalah keadaan dimana seseorang dalam melakukan aktivitas secara mandiri
tidak efektif dan biasa di bantu oleh orang lain.
Ø Kriteria :
1.
Kelelahan
2.
Kelemahan
3.
Adanya
dispnue
4.
Iskemia
Ø Faktor penyebab :
1.
Ketidak
seimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan
|
Ø Self care : ADLs
Ø Toleransi aktivitas
Ø Konservasi energi
Kriteria hasil :
1.
Berpartisipasi
dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan
pernapasan
2.
Mampu
melakukan aktivitas sehari-hari (ADLS) secara mandiri
3.
Keseimbangan
aktivitas dan istirahat.
|
Domain 4 : Aktivitas/Istirahat
Kelas 4 : Respons Kardiovaskuler/Pulmonal.
f.
Observasi
adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
g.
Kaji
adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
h.
Bantu
klien untuk melakukan aktivitas yang bisa dilakukan
i.
Bantu
klien untuk memilih aktivitas yang disuskai
j.
Observasi
nutrisi dan sumber energi yang adekuat.
|
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tuberculosis
adalah penyakit yang disebabkan mycobacterium
tuberculosis yang hampir seluruh organ
tubuh dapat terserang olehnya,tapi yang
paling banyak adalah paru-paru
Klasifikasi tuberculosis tb
paru ada banyak,pendapat seperti yang tertera diatas,antara lain : Klasifikasi
tuberculosis berdasarkan system lama, Klasifikasi
menurut American thoracic society, Klasifikasi
diIndonesia dipakai berdasarkan kelainan klinis,radiologis,dan
makrobiologis, dan patofisiologi saluran pernafasan dibagi menjadi dua
bagian,yaitu saluran pernafasan atas saluran pernafasan bawah.Disini akan di
jelaskan anatomi dan fisiologi saluran pernafasan bawah,yang berhubungan dengan
penyakit tuberkulosis.
B.
Saran
Bagi perawat diharapkan
dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada.
Bagi para orang tua
diharapkan memantau pertumbuhan dan perkembangan anak sejak dini untuk dapat
mengetahui adakah gejala-gejala penyakit pada anak teruma pengetahuan tentang
penyakit TB.
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, A.H. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA/NIC-NOC. Yogyakarta : Media action Publishing.
Ns. Harwina Widya Astuti, S.Kep &
Ns. Angga Saeful Rahmat, S.Kep (2010). Asuhan
Keperawatan Anak & Dengan gangguan sistem pernapasan. Jakarta : Trnas
Info Media.
Sri Sukmawati, S.Kep, Am.Keb & Ns.
Retno Puji Hastuti, S.Kep dkk (2009). Keterampilan
Dasar Asuhan Kebidanan &
Pemeriksaan Fisik Pada Bayi dan Anak, Jakarta : Trans Info Media.
Komentar
Posting Komentar