asuhan keperawatan tb paru pada anak



MODUL 6
PENYAKIT INFEKSI PADA SALURAN PERNAPASAN
“Sesak nafas dan batuk”
 











OLEH
PERI
NIM : 2015.061










PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN SAWERIGADING PEMDA LUWU
Tahun 2017
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul TB PARU ini dengan baik dan tepat waktu.
Tugas ini kami buat untuk memberikan  penjelasan tentang penyakit TB PARU. Semoga makalah yang kami buat ini dapat membantu menambah wawasan kita menjadi lebih luas lagi.
Dalam memilih kata-kata mana yang akan di masukan, mana yang tidak, dan begitu juga tentang menerangkan artinya kami memakai pedoman internet dan buku asuhan keperawatan NANDA NIC-NOC serta aplikasi Istilah kata medis.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun  makalah ini. Oleh karena itu,  kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu Pembina dan pembimbing mata pelajaran KEPERAWATAN ANAK dalam hal ini dosen mata kuliah KEPERAWATAN ANAK, serta  kepada pihak yang telah membantu ikut serta dalam penyelesaian makalah ini.
Atas perhatian dan waktunya, kami ucapkan banyak terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb
                                                                                             
 11 April 2017
                                                                     
    Penyusun

i
DAFTAR ISI
Halaman judul
Kata pengantar .............................................................................................  ..........              i
Daftar isi ....................................................................................................    ..........              ii
BAB I PENDAHULUAN
A.       Latar belakang .................................................................................                        1
B.       Rumusan masalah ..............................................................................                      1
C.       Tujuan ......................................................................................................                2
BAB II TINJAUAN KASUS
A.    Penulisan kasus ..........................................................................................               3
B.     Daftar kata istilah/kata kunci ......................................................................              3
C.     Penetapan masalah .................................................................................                   4
BAB III TINJAUAN TEORI
A.       Defenisi ............................................................................................                       4
B.       Etiologi ..............................................................................................                      4
C.       Patofisiologi ........................................................................................                     7
D.       Klasifikasi .........................................................................................                       10
E.        Manifastasi klinis ................................................................................                     10
F.        Komplikasi ........................................................................................                       11
G.       Pemeriksaan diagnostik ......................................................................                     11
H.       Penatalaksanaan ..................................................................................                     18
ii
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN (NANDA NIC-NOC)
A.       Pengkajian ...........................................................................            .................                   20
B.       Diagnosa ......................................................................................... ......                  21
C.       Intervensi ...................................................................................      ......                  21
Format asuhan keperawatan NANDA NIC-NOC .............................                     23
BAB III
BAB IV PENUTUP
A.       Kesimpulan ................................................................................      ......                  27
B.       Saran .....................................................................................           ......                  27
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................  ......                  28










iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Insidensi Tuberculosis (TB) dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia. Penyakit ini biasanya banyak terjadi pada negara berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Tuberculosis (TB) merupakan penyakit infeksi penyebab kematian dengan urutan atas atau angka kematian (mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit (morbiditas), diagnosis dan terapi yang cukup lama.
Di Indonesia untuk tingkat dunia penderita penyakit TBC urutan ke-3 setelah Cina dan India. Dibandingkan dengan Provinsi lainnya di Indonesia, Jawa Barat jumlah terbesar penderita penyakit TB (Tuberkulosis). Data di Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar, tahun 2007 tercatat 30.000 orang penderita TBC, yang sudah datang berobat ke rumah Sakit dan Puskesmas. Kecenderungan sekitar 16 persen penyakit yang berasal dari kuman tersebut menyerang anak-anak, hingga tahun 2008 terus meningkat yakni mencapai 35.000 orang. Tuberculosis paru merupakan suatu gangguan pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri tahan asam. Mycrobacterium yang menyerang paru-paru dan merupakan penyakit yang menular melalui droplet nuclei atau infeksi air ludah sehingga mudah dalam proses penularan dari orang yang satu ke yang lainnya.
B.     Rumusan masalah
1.      Apa defenisi dari TB paru?
2.      Apa penyebab penyakit TB paru?
3.      Bagaimana perjalanan penyakit (patofisiologi) TB paru?
4.      Apa saja klasifikasi penyakit TB paru?
5.      Apa saja tanda dan gejala penyakit TB paru?
6.      Apa saja akibat yang muncul pada penyakit TB paru?
7.      Apa saja pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penderita penyakit TB paru?
8.      Bagaimana cara penaganan/penatalaksaan penyakit TB paru?
9.      Bagaimana cara membuat Asuhan Keperawatan pada masalah TB paru?
C.     Tujuan
1.      Agar kita dapat mengetahui defenisi dari TB paru?
2.      Agar kita dapat mengetahui penyebab penyakit TB paru?
3.      Agar kita dapat mengetahui bagaimana perjalanan penyakit (patofisiologi) TB paru?
4.      Agar kita dapat mengetahui apa saja klasifikasi penyakit TB paru?
5.      Agar kita dapat mengetahui apa saja tanda dan gejala penyakit TB paru?
6.      Agar kita dapat mengetahui akibat yang muncul pada penyakit TB paru?
7.      Agar kita mengetahui bagaimana cara pemeriksaan diagnostik pada penderita penyakit TB paru?
8.      Agar kita dapat mengetahui bagaimana cara penaganan/penatalaksaan penyakit TB paru?
9.      Agar kita dapat mengetahui bagaimana cara membuat Asuhan Keperawatan pada masalah TB paru?


BAB II
TINJAUAN KASUS
A.    Penulisan kasus
Kasus Modul : 6
Penyakit Infeksi Pada Saluran Pernapasan
“Sesak nafas dan batuk’
An. S umur 10 tahun mengeluh sesak dan batuk. Orang tua klien mengatakan anaknnya mengalami batuk ± 2 bulan yang lalu dan sudah berobat jalan. Saat melakukan aktivitas di sore hari tiba-tiba klien merasakan sesak seperti tidak bisa bernapas. Klien mengatakan ada dahak yang menghalani jalan nfasnya. Pada malam hari, klien mengalami demam tinggi dan orang tuanya membelikan obat di warung untuk menurunkan panas anaknya. Keesokan harinya klien dibawah ke puskesmas dan di putuskan untuk rawat inap di rumah sakit. Data yang di peroleh dari hasil pengkajian menunjukan TD 110/80 mmHg, Nadi 68x/menit, Suhu 36,80C, dan Pernapasan 32x/menit. Klien mengatakan mengalami penurunan nafsu makan, tidak bisa bergerak banyak karena sesak serta tidak bisa tidur nyeyak dan sering terbangun karena sesak dan batuk. Pada pemeriksaan dahakditemukan BTA positif adanya bakteri.
B.     Daftar kata istilah/kata kunci
1.      Sesak nafas dan batuk
2.      Batuk ± 2 bulan
3.      Tidak bisa bernafas setelah beraktivitas
4.      Dahak/sekret menghalngi jalan nafas
5.      Demam pada malam hari
6.      Pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV)
a.       TD                   : 110/80 mmHg
b.      Nadi                : 68x/menit
c.       Suhu                : 36,80C
d.      Pernapasan      : 32x/menit
7.      Nafsu makan menurun/berkurang
8.      Tidak bisa tidur nyenyak
9.      Pemeriksaan BTA positif adanya bakteri.
C.     Penetapan masalah
Masalah yang dialami oleh An. S  adalah gangguan pada sistem pernapasan, dimana sistem pernapasan merupakan cabang ilmu mengenai seluruh sel tubuh yang hidup membutuhkan oksigen (O2) dan menghasilkan karbohidrat (CO2).
Ada beberapa kelainan  yang berkaitan dengan penyakit saluran pernapasan antara lain :
1.         Asma
2.         Bronkhiolitis
3.         Difteria
4.         Pertusis
5.         Pneumonia
6.         Tuberculosis paru (TB).
Dengan mengidentifikasi skenario/kasus di atas maka timbullah masalah atau diagnosa medik yaitu TB paru. Untuk lebih jelasnya marilah kita lihat pada lembaran pembahasan berikutnya.


BAB III
TINJAUAN TEORI
A.    Defenisi
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tubeculosis yaitu suatu bakteri tahan asam, atau Tuberculossis (TB) adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi  primer.
B.     Etiologi  dan Penularan
1.      Etiologi
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan Micobacterium bovis (sangat jarang disebabkan oleh Micobacterium avium). Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882. Basil tuberkulosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan mati pada suhu 60°C dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil tuberculosis menyebabkan nekrosis jaringan sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor penyebab terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel. Basil Mycobacterium tuberculosis tidak membentuk toksin (baik endotoksin maupun eksotoksin).
2.      Penularan
Mycobacterium tuberculosis biasanya melalui udara hingga sebagian besar fokus primer tuberculosis terdapat dalam paru. Selain melalui udara penularan dapat peroral misalnya minum susu yang mengandung basil tuberculosis, biasanya Mycobacterium bovis. Dapat juga terjadi dengan kontak langsung misalnya melalui luka atau lecet di kulit. Tuberculosis kongenital sangat jarang dijumpai. Selain Mycobacterium tuberculosis perlu juga dikenal golongan Mycobacterium lain yang dapat menyebabkan kelainan yang menyerupai tuberculosis. Golongan ini disebut Mycobacterium atipic atau disebut juga unclassified Mycobacterium.
3.      Faktor Resiko
a.       Resiko Infeksi TBC
Anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TBC aktif, daerah endemis, penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan serta lingkungan yang tidak sehat. Pajanan terhadap orang dewasa yang infeksius,
Resiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih tinggi jika pasien dewasa tersebut mempunyai BTA sputum yang positif, terdapat infiltrat luas pada lobus atas atau kavitas produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif dan kuat serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat, terutama sirkulasi udara yang tidak baik. Pasien TBC anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa disekitarnya, karena TBC pada anak jarang infeksius, hal ini disebabkan karena kuman TBC sangat jarang ditemukan pada sekret endotracheal, dan jarang terdapat batuk. Walaupun terdapat batuk tetapi jarang menghasilkan sputum. Bahkan jika ada sputum pun, kuman TBC jarang sebab hanya terdapat dalam konsentrasi yang rendah pada sektret endobrokial anak .
b.      Resiko Penyakit TBC
Anak ≤ 5 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi infeksi menjadi sakit TBC, mungkin karena imunitas selulernya belum berkembang sempurna (imatur). Namun, resiko sakit TBC ini akan berkurang secara bertahap seiring pertambahan usia. Pada bayi < 1 tahun yang terinfeksi TBC, 43% nya akan menjadi sakit TBC, sedangkan pada anak usia 1-5 tahun, yang menjadi sakit hanya 24%, pada usia remaja 15% dan pada dewasa 5-10%. Anak < 5 tahun memiliki resiko lebih tinggi mengalami TBC diseminata dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Konversi tes tuberkulin dalam 1- 2 tahun terakhir, malnutrisi, keadaan imunokompromis, diabetes melitus, gagal ginjal kronik dan silikosis. Status sosial ekonomi yang rendah, penghasilan yang kurang,kepadatan hunian, pengangguran, dan pendidikan yang rendah2.
C.     Patofisiologi
Masuknya basil tuberculosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit. Terjadinya infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberculosis serta daya tahan tubuh manusia. Infeksi primer biasanya terjadi dalam paru. Ghon dan Kudlich (1930) menemukan bahwa 95,93% dari 2.114 kasus, mereka mempunyai fokus primer di dalam paru. Hal ini disebabkan penularan sebagian besar melalui udara dan mungkin juga karena jaringan paru mudah kena infeksi tuberkulosis (susceptible).
Masuknya kuman tuberkulosis ke dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit. Infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberkulosis serta daya tahan tubuh manusia. Segera setelah menghirup basil tuberkulosis hidup di dalam paru-paru, maka terjadi eksudasi dan konsolidasi yang terbatas disebut fokus primer. Basil tuberkulosis akan menyebar, histosit mulai mengangkut organisme tersebut ke kelenjar limfe regional melalui saluran getah bening menuju kelenjar regional sehingga terbentuk kompleks primer dan mengadakan reaksi eksudasi terjadi sekitar 2 sampai 10 minggu (6-8 minggu) pasca infeksi.  
Pada anak yang mengalami lesi, dalam paru dapat terjadi dimanapun terutama di perifer dekat pleura, tetapi lebih banyakk terjadi di Lapangan bawah paru dibanding dengan lapangan atas. Juga terdapat pembesaran kelenjar regional serta penyembuhannya mengarah ke klasifikasi dan penyebarannya lebih banyak terjadi melalui hematogen. Pada reaksi radang dimana leukosit polimorfonukleat tampak pada alveoli dan memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya. Kemudian basil menyebar ke limfe dan sirkulasi. Dalam beberapa minggu limfosit T menjadi sensitif terhadap organisme TBC dan membebaskan limfokim yang merubah makrofag atau mengaktifkan makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa nekrosis yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis pada bagian sentral memberikan gambaran yang relatif padat pada tubuh, yang disebut nekrosis kasiosa. Terdapat tiga macam penyebaran secara patogen pada tuberkulosis anak : penyebaran Hematogen tersembunyi yang kemudian mungkin menimbul gejala atau tanpa gejala klinis, penyebaran milier, biasanya terjadi sekaligus dan menimbulkan gejala akut, kadang-kadang kronis, penyeberan hematogen berulang.  




Patway TB Paru
Infasi bakteri tuberculosis
                                                                        Sembuh
Infeksi primer
Sembuh dengan fokus ghon
Infeksi pasca                                         Bakteri dorman                                 Sembuh dengan
primer (reaktivasi)                                                                                                 fibrotik
Bakteri muncul beberapa
tahun kemudian
Reaksi infeksi atau inflamasi,
kavitas, dan merusak parekim paru
 

ü  Produksi secret                 Kerusakan membran               Perubahan cairan           Reaksi
ü  Pecahnya pembulu           alviolar –kapiler merusak             intrafleura               sistematis
darah                                pleura, atelaktasis
ü  Batuk produktif               Sesak nafas, ekspansi              Sesak, sianosis,           
ü  Batuk darah                                 toraks                          penggunaan obat
bantu nafas
Ketidakefektifan                   Gangguan pertukaran        Pola nafas tidak         
bersihan jalan nafas                          gas                                     efektif      
                                                                                    Anoreksia mulai                      Lemah
                                                                                          meningkat
                                                                                 Nutrisi kurang dari              Intoleransi
                                                                                        kebutuhan                        Aktivitas
D.    Klasifikasi
1.      Tuberkulosis paru terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
2.      Tuberkulosis paru tidak terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
3.      Tuberkulosis pada sistem saraf
4.      Tuberkulosis pada organ-organ lainnya
5.      Tuberkulosis millier.
E.     Manifestasi Klinik
Gejala klinis TB tergantung faktor (usia, status imun, kerentanan) dan faktor agen (jumlah, virulensi). Gejala TB pada anak yang umum terjadi adalah demam yang tidak tinggi (subfebris), berkisar 38 derajad Celcius, biasanya timbul sore hari, 2-3 kali seminggu dan belangsung 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek. Gejala lain adalah penurunan nafsu makan, dan gangguan tumbuh kembang. Batuk kronik yang merupakan gejala tersering pada TB paru dewasa, tidak terlalu mencolok pada anak. Mengapa? Sebab lesi primer TB paru pada anak umumnya terdapat di daerah parenkim yang tidak mempunyai reseptor batuk. Kalaupun terjadi, berarti limfadenitis regional sudah menekan bronkus dimana terdapat reseptor batuk. Batuk kronik pada anak lebih sering dikarenakan oleh asma. Gejala-gejala yang tersebut di atas dikategorikan sebagai gejala nonspesifik. Perlu dicatat bahwa gejala nonspesifik dapat juga ditemukan pada kasus infeksi lain. Maka dari itu, keberadaan infeksi lain perlu dipikirkan agar anak tidak overtreated. Selanjutnya, gejala spesifik tergantung dari organ yang terkena seperti kulit (skrofuloderma), tulang, otak, mata, usus, dan organ lain.
Atau secara singkat tanda dan gejala umum/nonspesifik tuberkulosis pada anak  dapat disebutkan sebagai berikut :
1.      Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan gizi
2.      Anoreksia dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara adekuat (failure to thrive)
3.      Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria, atau infeksi saluran napas akut), dapat disertai keringat malam
4.      Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multipel
5.      Batuk lama lebih dari 30 hari
6.      Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare.
Gejala spesifik sesuai organ terkena : TB kulit/skrofuloderma; TB tulang dan sendi (gibbus, pincang); TB otak dan saraf/meningitis dengan gejala iritabel, kuduk kaku, muntah, dan kesadaran menurun; TB mata (konjungtivitis fliktenularis, tuberkel koroid), dll. Oleh karena gejala TB pada anak sangat bervariasi dan tidak saja melibatkan organ pernafasan melainkan banyak organ tubuh lain, maka ada yang menyebut TB sebagai the great immitator. Perhatikan bila gerak anak kurang aktif jika dibandingkan dengan anak sebayanya.
F.      Komplikasi
1.      Meningitis
2.      Spondilitis
3.      Pleuritis
4.      Bronkopneumoni
5.      Atelektasis.
Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiectasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).
G.    Pemeriksaan Diagnostik
Permulaan tuberkulosis sukar diketahui karena gejalanya tidak jelas dan tidak khas, tetapi kalau terdapat panas yang naik turun dan lama dengan atau tanpa batuk dan pilek, anoreksia, penurunan berat badan dan anak lesu, harus dipikirkan kemungkinan tuberkulosis. Petunjuk lain umtuk diagnosis tuberkulosis ialah adanya kontak dengan penderita tuberkulosis orang dewasa. Diagnosis tuberkulosis paru berdasarkan gambaran klinis, uji tuberkulin positif dan kelainan radiologis paru. Basil tuberkulosis tidak selalu dapat ditemukan pada anak.
1.         Uji Tuberkulin
Pemeriksaan ini merupakan alat diagnosis yang penting dalam menegakkan diagnosis tuberkulosis.uji tuberkulin lebih penting lagi artinya pada anak kecil bila diketahui adanya komversi dari negatif (recent tuberculin converter). pada anak dibawah umur lima tahun dengan uji  tuberkulin positif, proses tuberkulosis biasanya masih aktif meskipun tidak menunjukkan kelainan klinis dan radiologis, demikian pula halnya jika terdapat konfersi  uji tuberkulin. Uji tuberkulin dilakukan berdasarkan timbulnya hipersensitivitas terhadap tuberkulo protein karena adanya infeksi. Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin yaitu cara moro dengan salep, dengan goresan disebut patch test cara von pirquet, cara mantoux dengan penyuntikan intrakutan dan  “multiple puncture method “ dengan empat-enam jarum berdasarkan cara Heaf dan tine. Sampai sekarang cara mantoux masih dianggap sebagai cara yang paling dapat di pertanggung jawabkan karena jumlah tuberkulin yang dimasukkan dapat diketahui banyaknya. Reaksi lokal yang terdapat pada mantoux terdiri atas: Eritema karena vasodilatasi primer, Edema karena reaksi antara antigen yang disuntikkan dengan antibody dan indurasi yang dibentuk oleh sel mononukleus.
Pembacaan uji tuberkulin dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter melintang dari indurasi yang terjadi. Tuberkulin yang biasanya dipakai ialah Old Tuberculin (OT) dan purified protein Derivative tuberculin (PPD). Pengeceran OT dan PPD yang biasanya digunakan ialah : Dosis baku tuberkulin uji mantoux ialah 0,1 ml PPD-RT 23 2TU,PPD-S  5 TU atau OT  ½ .000 yang disuntikkan intrakutan. Indurasi dengan diameter  5 mm ke atas dianggap positif dengan catatan 0-4 mm negatif, 5-9 mm masih meragukan dan 10 mm keatas jelas positif. Kalau uji tuberkulin dengan PPD-RT 23 2TU,PPD-S 5TU atau dengan OT ½.000 negatif , maka pemeriksaan harus diulang dengan PPD-RT 23 100 TU atau OT 1/100 untuk memastikan bahwa uji tuberkulin itu negatif. Juga kalau dengan PPD-RT 23 2TU,PPD-S 5TU atau OT ½.000 negatif tetapi masih dicurigai akan adanya tuberkulosis aktif, misalnya diketahui terdapat kontak dengan penderita tuberkulosis aktif, keadaan umum yang jelek dan kemungkinan adanya anergi, maka pemeriksaan diulang dengan PPD-RT23 100 TU atau OT 1/100
Uji tuberkulin akan menjadi negatif untuk sementara pada penderita tuberkulosis (anergi) dengan : Malnutrisi energi protein, Tuberkulosis berat, Morbili,varisela, Pertusis,difteria,tifus abdominalis, Pemberian kortikosteroid yang lama, Vaksin virus misalnya poliomyelitis serta Penyakit ganas,misalnya penyakit hodgkin
2.         Pemeriksaan Radiologis
Pada anak dengan uji tuberkulin positif dilakukan pemeriksaan radiologis. Secara rutin dilakukan fotorontgen paru dan atas indikasi juga dibuat fotorontgen alat tubuh lain,misalnya foto tulang punggung pada spondilitis. Gambaran radiologis paru yang biasanya dijumpai pada tuberkulosis paru ialah :
a.       Kompleks primer dengan atau tanpa perkapuran
b.      pembesaran kelenjar paratrakeal
c.       Penyebaran milier
d.      Atelektasis
e.       Pleuritis dengan efusi.
3.         Pemeriksaan Bakteriologis
Penemuan basil tuberkulosis memastikan diagnosis tuberkulosis, tetapi tidak ditemukannya basil tuberkulosis bukan berarti tidak menderita tuberkulosis. Bahan-bahan yang digunakan untuk pemeriksaan bakteriologis adalah :
a.       Bilasan lambung
b.      Sekret bronkus
c.       Sputum pada anak besar
d.      Cairan pleura
e.       Likuor serebrospinalis
f.       Cairan asites
g.      Bahan-bahan lainnya
4.         Uji Laboratorium
LED meninggi, sering tinggi sekali. Mungkin liositosis, monositosis, anemia, leukositosis ringan, bila ditemui hasil demikian (bila tidak ada faktor lain) akan menyokong diagnosis. Gambaran darah normal tidak menyingkirkan TBC. Gambaran darah tepi dan laju endap darah hanya mempunyai korelasi dengan aktivitas penyakit. Pemeriksaan cairan spinal dilakukan atas indikasi kecurigaan meningitis dan pada setiap TBC milier.
5.         Uji BCG
Di Indonesia BCG diberikan secara langsung tanpa didahului uji tuberkulin (BCG langsung). Bila pada anak yang mendapat BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah penyuntikan, maka harus dicurigai adanya tuberkulosis dan diperiksa lebih lanjut kearah tuberkulosis. Pada anak dengan tuberkulosis, BCG akan menimbulkan reaksi lokal yang lebih cepat dan besar. Karena itu reaksi BCG ini dapat dipakai sebagai alat diagnostik. Sering terdapat kesukaran untuk diagnosis tuberkulosis yang dini pada anak dengan malnutrisi karena adanya anergi terhadap tuberkulin.Udani (1970) menyatakan bahwa uji BCG tidak terdapat anergi. Akhir-akhir ini sedang diselidiki pemeriksaan serologis untuk menunjang diagnosis tuberkulosis. Penyebaran hematogen tuberkulosis (hematogenous tuberculosis) terdapat 3 macam penyebaran hematogen pada tuberkulosis anak,yaitu :
a.       Penyebaran hematogen tersembunyi (occult hematogenic spread) yang mungkin menimbulkan gejala atau mungkin tanpa gejala klinis.
b.      Penyebaran hematogen umum (generalized hematogenic spread, penyebaran milier), biasanya terjadi sekaligus dan menimbulkan gejala akut, kadang-kadang menjadi kronis.
c.       Penyebaran hematogen berulang-ulang (protracted or repeated hematogenic spread).
Penyebaran hematogen tersembunyi ( occult hematogenic spread). Penyebaran basil tuberkulosis dalam jumlah yang sedikit selama stadium dini tuberkulosis dan disebut occult hematogenic spread. Penyebaran ini selalu terjadi pada tuberkulosis primer meskipun tidak selalu tersebar luas, biasanya terjadi pada masa inkubasi. Basil tuberkulosis dapat mencapai semua alat tubuh terutama apeks paru, limpa dan kelenjar getah bening superfisial. Pada keadaan ini dapat terjadi pembesaran limpa dan kelenjar getah bening  superfisial, kadang-kadang hepar juga teraba. Fokus pada apeks jarang terlihat pada fotorontgen paru, kecuali kalau telah terjadi perkapuran yang disebut fokus Simun yang mungkin akan menjadi tuberkulosis pasca-primer dimasa yang akan datang. Penyebaran hematogen umum (generalized hematogenis spread). Tuberkulosis Milier Akut. tuberkel-tuberkel yang terjadi akibat penyebaran umum ini biasanya mempunyai ukuran sama, meskipun tidak selalu sebesar miliarius (kurang dari 2 mm), sehingga disebut tuberkulosis milier. Komplikasi ini biasanya terjadi pada masa bayi dan anak kecil dan terjadi dalam waktu 6 bulan, terutama dalam 3 bulan setelah terbentuknya kompleks primer. Dapat terjadi pembesaran hepar, limpa dan kelenjar getah bening superfisial. Tuberkel dapat dijumpai dikoroid. Uji tuberkulin biasanya positif, menurut Lincoln pada 10% kasus tuberkulosis milier, uji tuberkulin negatif.
Pada fotorontgen paru akan tampak gambaran milier biakan basil tuberkulosis dari darah dan sum-sum tulang memastikan diagnosis tuberkulosis milier secara cepat. Pemeriksaan likuor serebrospinalis harus dikerjakan meskipun belum ada gejala meningitis, yaitu untuk menemukan meningitis secara dini. Gambaran milier biasanya hilang sama sekali dan pada penyembuhan jarang terjadi klasifikasi. Harus diingat bahwa penyebaran milier terjadi keseluruh tubuh dengan kemungkinan basil tuberkulosis menetap dialat-alat tubuh terssebut dan suatu ketika fokus-fokus tersebat dapat aktif lagi. Oleh karenanya setelah selesai pengobatan masih harus dilakukan pngawasan sampai bertahun-tahun.
Petunjuk Who Untuk Diagnosis Tuberkulosis Anak
1.       Dicurigai tuberculosis
a.       Anak sakit dengan riwayat kontak penderita tuberkulosis dengan diagnosis pasti (BTA positif)
b.      Anak dengan :
Ø  Keadaan klinik tidak membaik setelah menderita campak atau batuk rejan
Ø  Berat badan menurun, batuk dan mengi yang tidak membaik dengan pengobatan antibiotik untuk penyakit pernapasan
Ø  Pembesaran kelenjar superfisialis yang tidak sakit
2.       Mungkin tuberkulosis
a.       Uji tuberkulin positif (10 mm/lebih)
b.      Foto Rontgen paru sugestif tuberkulosis
c.       Pemeriksaan histologis biopsi sugestif tuberkulosis
d.      Respon yang baik pada pengobatan dengan OAT
3.       Pasti tuberkulosis (confirmed TB)
Ditemukan basil tuberculosis pada pemeriksaan langsung atau biakan. Identifikasi Mycobacterium tuberculosis pada karakteristik biakan

H.    Penatalaksanaan
Pengobatan TBC terutama berupa pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis. ATS (1994) menekankan tiga prinsip dalam pengobatan tuberculosis yang berdasarkan pada :
1.      Regimen harus termasuk obat-obat multiple yang sensitif terhadap mikroorganisme.
2.      Obat-obatan harus diminum secara teratur.
3.      Terapi obat harus dilakukan terus menerus dalam waktu yang cukup untuk menghasilkan terapi yang paling efektif dan paling aman pada waktu yang paling singkat.
Obat anti tuberculosis (OAT) harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan dari pengobatan ini adalah :
1.      Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui kegiatan bakterisid.
2.      Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama estela pengobatan dengan kegiatan sterilisasi.
3.      Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis.
Perawatan anak dengan tuberculosis dapat dilakukan dengan melakukan :
1.      Pemantauan tanda-tanda infeksi sekunder
2.      Pemberian oksigen yang adekuat
3.      Latihan batuk efektif
4.      Fisioterapi dada
5.      Pemberian nutrisi yang adekuat
6.      Kolaburasi pemberian obat antutuberkulosis (seperti: isoniazid, streptomisin, etambutol, rifamfisin, pirazinamid dan lain-lain)
7.      Intervensi yang dapat dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan perkembangan anak yang tenderita tuberculosis dengan membantu memenuhi kebutuhan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas perkembangan, yaitu :
a.       Memberikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak (permainan, ketrampilan tangan, vidio game, televisi)
b.      Memberikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulus yang bervariasi bagi anak
c.       Melibatkan anak dalam mengatur jadual harian dan memilih aktivitas yang diinginkan
d.      Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di rumah sakit, menganjurkan anak untuk berhubungan dengan teman melalui telepon jika memungkinkan.






BAB IV
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan adalah metode dimana suatu konsep di terapkan dalam praktek keperawatan. Hal ini biasa disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu tehnik dan keterampilan interversonal dan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien.
A.    Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan melalui kegiatan pengumpulan data yang akurat dari klien dan keluarga guna mengetahui berbagai permasalahan yang ada.
Adapun pengkajian yang dilakukan pada klien dengan masalah TB paru yaitu : Identitas Data Umum (selain identitas klien, juga identitas orangtua; asal kota dan daerah, jumlah keluarga)
1.      Riwayat kesehatan
a.       Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)
b.      Riwayat kesehatan sekarang
c.       Riwayat kesehatan masa lalu
2.      Keadaan umum
Terdiri dari (KU dan tingkat kesadaran GCS)
3.      Kebutuhan dasar
a.       Rasa nyaman/nyeri
b.      Nutrisi
c.       Personal hygiene/kebersihan perorangan
d.      Cairan
e.       Aktivitas dan latihan
f.       Eliminasi
g.      Oksigenasi
h.      Istirahat/tidur
i.        Pencegahan terhadap bahaya
j.        Keamanan
k.      Neurosensori
l.        Hubungan psikologi, spiritual dan interaksi sosial.
B.     Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat muncul yaitu :
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif
2.      Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
3.      Gangguan pola tidur
4.      Intoleransi aktivitas
C.     Rencana Tindakan  Keperawatan (Intervensi)
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif
Tujuan             : Klien tidak mengalami sesak dan batuk
Intervensi        : 
a.         Anjurkan klien untuk istirahat dan melatih nafas dalam
b.        Berikan posisi semi fowler/fowler
c.         Ajarkan klien untuk tehnik batuk efektif
d.        Lakukan saction bila perlu
e.         Berikan O2 1-3 liter/ menit
f.         Berikan bronkodilator bila perlu.
2.      Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Tujuan             : Berat badan dalam batas normal/ideal
Intervensi        :
a.       Kaji tingkat kesulitan klien saat menelan
b.      Berikan makanan dalam bentuk hangat
c.       Berikan makanan yang berpariasi
d.      Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering
e.       Timbang berat badan bila perlu.
3.      Gangguan pola tidur
Tujuan             : Tidur klien optimal/normal dalam kurung waktu 1x24 jam
Intervensi        :
a.         Kaji tingkat kesulitan klien saat tidur
b.        Ciptakan lingkungan yang nyaman
c.         Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca)
d.        Kurangi pengunjung pada saat jam istirahat/tidur
e.         Kolaborasi pemberian obat tidur bila perlu.
4.      Intoleransi aktivitas
Tujuan             : Klien mampu beraktivitas secara mandiri
Intervensi        :
a.       Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
b.      Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
c.       Bantu klien untuk melakukan aktivitas yang bisa dilakukan
d.      Bantu klien untuk memilih aktivitas yang disuskai
e.       Observasi nutrisi dan sumber energi yang adekuat.


FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN NANDA NIC-NOC
NDX
DIAGNOSA
TUJUAN (NOC)
INTERVENSI (NIC)
1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Ø Defenisi :
Suatu keadaan ketika seseorang individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernapasan sehubungan dengan ketidak mampuan unruk batuk secara efektif.
Ø Kriteria
1.      Sesak
2.      Batuk berdahak
3.      Pernapasan 32x/menit
Ø Faktor penyebab
1.      Obstruksi jalan nafas

Ø Respiratory status : ventilation
Ø Respiratory status : Airway patency
Ø Aspiration control
Kriteria hasil :
1.    Mendemostrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dispneu
2.    Mnenunjukan jalan nafas yang paten
3.    Saturasi O2 dalam batas normal
4.    Foto toraks dalam batas normal
Domain 4 : Aktivitas/Istirahat
Kelas 4 : Respons Kardiovaskuler/pulmonal
00032 : Bersihan jalan nafas tidak efektif
g.     Anjurkan klien untuk istirahat dan melatih nafas dalam
h.     Berikan posisi semi fowler/fowler
i.       Ajarkan klien untuk tehnik batuk efektif
j.       Lakukan saction bila perlu
k.     Berikan O2 1-3 liter/ menit
l.       Berikan bronkodilator bila perlu.
2.
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuahn
Ø Defenisi :
Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Ø Kriteria :
1.      Penurunan nafsu makan
2.      Porsi makan tidak di habiskan
Ø Faktor penyebab :
1.      Ketidak mampuan untuk mengabsorbsi nutrisi
Ø Nutritional status : Food and fruid
Ø Nutritional status : Nutrien intake
Ø Weigh control
Kriteria hasil :
1.    Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2.    Berat badan ideal sesui dengan tinggi badan
3.    Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4.    Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
5.    Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
Domain 2 : Nutrisi
Kelas 1 : Makan
00002 : Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan.
f.     Kaji tingkat kesulitan klien saat menelan
g.    Berikan makanan dalam bentuk hangat
h.    Berikan makanan yang berpariasi
i.      Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering
j.      Timbang berat badan bila perlu.
3.
Gangguan pola tidur
Ø Defenisi :
Ketidak seimbangan tidur/istirahat dalam kurung waktu 1x24 jam dan terjadi jumlah tidur yang abnormal.
Ø Kriteria :
1.      Bangun lebih awal
2.      Tidak fresh setelah bangun tidur
3.      Penurunan kemampuan fungsi
4.      Sesak dan batuk
5.      Penurunan proporsi tidur
Ø Faktor penyebab :
1.      Pola aktivitas dan kelelahan
Ø Anxiety control
Ø Comforl level
Ø Pain level
Ø Sleep : Extent and pattern
Kriteria :
1.    Jumlah jam tidur dalam batas normal
2.    Pola tidur, kualitas dalam batas normal
3.    Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat.
Domain 4 : Aktivitas/Istirahat
Kelas 1 : Tidur/Istirahat
000198 : Gangguan pola tidur
f.      Kaji tingkat kesulitan klien saat tidur
g.     Ciptakan lingkungan yang nyaman
h.     Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca)
i.       Kurangi pengunjung pada saat jam istirahat/tidur
j.       Kolaborasi pemberian obat tidur bila perlu.
4.
Intoleransi aktivitas
Ø Defenisi :
Intolerasi aktivitas adalah keadaan dimana seseorang dalam melakukan aktivitas secara mandiri tidak efektif dan biasa di bantu oleh orang lain.
Ø Kriteria :
1.      Kelelahan
2.      Kelemahan
3.      Adanya dispnue
4.      Iskemia
Ø Faktor penyebab :
1.      Ketidak seimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan
Ø Self care : ADLs
Ø Toleransi aktivitas
Ø Konservasi energi
Kriteria hasil :
1.    Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan pernapasan
2.    Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLS) secara mandiri
3.    Keseimbangan aktivitas dan istirahat.
Domain 4 : Aktivitas/Istirahat
Kelas 4 : Respons Kardiovaskuler/Pulmonal.
f.      Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
g.     Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
h.     Bantu klien untuk melakukan aktivitas yang bisa dilakukan
i.       Bantu klien untuk memilih aktivitas yang disuskai
j.       Observasi nutrisi dan sumber energi yang adekuat.













BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Tuberculosis  adalah  penyakit  yang  disebabkan  mycobacterium  tuberculosis  yang  hampir  seluruh  organ  tubuh  dapat  terserang  olehnya,tapi  yang  paling  banyak  adalah paru-paru
Klasifikasi tuberculosis tb paru ada banyak,pendapat seperti yang tertera diatas,antara lain : Klasifikasi  tuberculosis  berdasarkan  system lama, Klasifikasi  menurut  American  thoracic  society, Klasifikasi  diIndonesia dipakai berdasarkan kelainan klinis,radiologis,dan makrobiologis, dan patofisiologi saluran pernafasan dibagi menjadi dua bagian,yaitu saluran pernafasan atas saluran pernafasan bawah.Disini akan di jelaskan anatomi dan fisiologi saluran pernafasan bawah,yang berhubungan dengan penyakit tuberkulosis.
B.     Saran
Bagi perawat diharapkan dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada.
Bagi para orang tua diharapkan memantau pertumbuhan dan perkembangan anak sejak dini untuk dapat mengetahui adakah gejala-gejala penyakit pada anak teruma pengetahuan tentang penyakit TB.




DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, A.H. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA/NIC-NOC. Yogyakarta : Media action Publishing.
Ns. Harwina Widya Astuti, S.Kep & Ns. Angga Saeful Rahmat, S.Kep (2010). Asuhan Keperawatan Anak & Dengan gangguan sistem pernapasan. Jakarta : Trnas Info Media.
Sri Sukmawati, S.Kep, Am.Keb & Ns. Retno Puji Hastuti, S.Kep dkk (2009). Keterampilan Dasar Asuhan Kebidanan & Pemeriksaan Fisik Pada Bayi dan Anak, Jakarta : Trans Info Media.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANDA-TANDA VITAL SESUAI TINGKAT USIA

ASUHAN KEPERAWATAN ILEUS OBSTRUKSI